Indonesia Operasikan Pesawat Tanpa Awak Tahun 2013


Pesawat tanpa awak yang dikendalikan remote kontrol buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan dioperasikan pada 2013 mendatang, kata Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta.

Di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Sabtu Gusti Muhammad Hatta mengatakan, kemampuannya tidak diragukan lagi karena telah diuji coba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Kamis, 11 Oktober 2012.

"Pesawat tanpa awak yang diberi nama Wulung tersebut dirancang khusus dan sangat canggih sehingga memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan dengan pesawat-pesawat yang ada," kata Menristek, Gusti Muhammad Hatta.

Selain bisa menjadi pesawat mata-mata, pesawat tersebut nantinya juga dapat dipergunakan untuk pemotretan wilayah dari udara dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Pesawat ini memiliki kemampuan terbang selama 4 jam tanpa henti dan bisa digunakan untuk membuat hujan buatan.

Jarak tempuh maksimalnya 70 kilometer, dengan kecepatan jelajah 52--69 knot. Puna Wulung bisa dikendalikan dengan jarak 73 kilometer dari remote control. Wulung mampu terbang hingga ketinggian 12 ribu kaki, dan yang sudah diujikan sejauh 8.000 kaki.

BPPT membuat lima pesawat serupa, dan biaya yang dikeluarkan untuk lima pesawat serupa berkisar antara Rp6 miliar--Rp8 miliar.

Wulung memakai mesin 2 tak dan untuk mendapatkan tenaga yang optimal, bahan bakar yang dipergunakan adalah pertamax.

Bahan material pesawat tanpa awak tersebut menggunakan komposit (komposisi serat kaca, fiber, karbon) sehingga mendapatkan struktur pesawat yang ringan.

"Dengan adanya pesawat tersebut nantinya pemadaman kebakaran hutan dan pembuatan hujan buatan tidak perlu lagi menaburkan garam pada awan dan kami telah menemukan bahan penggantinya, yani bernama pleer," katanya.

Setiap satu kilogram pleer sama dengan satu ton kilogram garam dan pesawat Wulung mampu membawa delapan kilogram pleer. (IRIB Indonesia / Antara / SL)

Prediksi Alutsista di Tahun 2013






Seperti kita ketahui, tahun 2012 ramai dan gaduh mengenai pengadaan alutsista. Salah satu yang paling menarik perhatian dan simpang siur adalah mengenai pengadaan MBT Leopard II. Dan hingga kini, pengadaan monster lapis baja itu pun masih belum jelas. Lalu, bagaimanakah nanti gegap gempita perkuatan TNI di bidang Alutsista pada tahun 2013?.
Berikut adalah beberapa diantaranya. Namun, kami ingatkan, ini hanyalah prediksi. Segala sesuatunya masih bisa berubah dengan berjuta alasan. Salah satu anekdot di ARC adalah, jika barangnya belum sampai, belum difoto narsis, maka jangan percaya 100% dulu. Tapi, paling tidak inilah sedikit gambaran.
TNI Angkatan Udara
1. Pesawat latih mula Grob. Setelah mengalami kemunduran, diperkirakan pesawat latih Grob G-120TP akan di roll out pada bulan maret. Pada medio Januari-Februari, kemungkinan akan dikirim teknisi dan pilot untuk mengawaki pesawat tersebut.
2. Pesawat latih T-50i dari Korea Selatan juga diperkirakan akan tiba pada 2013. Bahkan foto-foto pesawat calon pengganti Hawk Mk-53 itu sudah beredar dengan kelir aerobatik.
3. Persenjataan Sukhoi diduga juga akan tiba pada tahun 2013. Indikasinya, beberapa pilot dari sarang Thunder telah dikirim untuk berlatih di Rusia. Apa saja jenisnya? sebaiknya kita tunggu saja penampakannya.
4. Disisi lain dari publikasi Kemhan, terungkap rencana pengadaan pengadaan Helikopter super puma (NAS-332C1) VVIP sebanyak 2 unit senilai 460 Milyar, hibah Hercules senilai 440 Milyar serta Upgrading Falcon star untuk F-16 sebanyak 10 unit senilai 270 Milyar
TNI Angkatan Darat
1. Pada Januari atau selambatnya Februari, senjata anti tank NLAW diperkirakan akan tiba. Saat ini senjata tersebut tengah dipersiapkan untuk pengiriman.
2. Menindak lanjuti kontrak yang telah ditanda tangani, Meriam Caesar 155mm serta roket Astros diperkirakan akan tiba pada pertengahan tahun 2013. Jika tidak ada aral melintang tentunya.
3. Untuk melengkapi kedatangan Caesar, pada 2013 juga akan dilakukan pengadaan pengadaan Radar range finder untuk satuan armed, sebanyak 2 unit senilai 27,8 Milyar. Juga akan dilengkapi Sta Meteo, relay beserta alat kelengkapannya. Rencananya, pengadaan alat-alat diatas akan melibatkan Pindad sebagai penyedia platform, yaitu berupa Rantis Komodo.
4. Diperkirakan alutsista Arhanud juga akan tiba pada tahun 2013. Diantaranya rudal Mistral serta Starstreak. Khusus untuk mistral, akan dilakukan juga pengadaan 56 unit Rantis Komodo sebagai pembawa rudal tersebut.
5. Pengadaan lanjutan Panser Anoa serta helikopter jenis NBell-412.
TNI Angkatan Laut
1. Serah terima KRI Beladau dari jenis KCR-40 diperkirakan akan dilakukan pada awal tahun 2013.
2. Kelanjutan program Multi Role Light Fregate (MLRF) dari jenis Nahkoda Ragam Class. Saat ini Mabes TNI-AL sudah menyiapkan Satgas untuk menjemput serta pelatihan awak kapal tersebut.
3. Uji terbang CN-235 Patroli Maritim pesanan TNI AL buatan PT.DI direncanakan akan berlangsung pada awal tahun 2013. Namun, kemampuan sesungguhnya dari pesawat ini masih belum jelas benar. Tunggu ARC datang dan memfoto pesawat kebanggan buatan dalam negeri ini nanti.
4. Pembangunan Trimaran ke-2 akan dilakukan juga pada 2013. Akan tetapi mengenai bahan maupun spesifikasinya secara jelas belum bisa diperoleh.
5. Data dari Kementrian Pertahanan juga menyebutkan kelanjutan program TNI-AL di tahun 2013. Diantaranya pembangunan platform KCR 60 M Lanjutan senilai 169,78 Milyar, Pengadaan Heli Angkut Bell-412 Tahap 2 lanjutan senilai 88,93 Milyar serta pengadaan Kapal Bantu Cair Minyak Lanjutan senilai 107,50 Milyar. Selain itu ada pula pengadaan Ranpur Amfibi jenis baru untuk Marinir.

Namun demikian beberapa alutsistaa lagi masih menunggu kepastian yang benar-benar pasti. Diantaranya:
  1. kontrak pengadaan Leopard
  2. Pengadaan heli serang Apache (atau bukan Apache)
  3. ATGM Tambahan jenis lain
  4. Heli AKS untuk TNI-AL
  5. Helikopter Serang Fennec,
  6. Pengadaan meriam KH-179 dan LG Mk3, dan lain sebagainya
Demikian beberapa prediksi yang akan tampil pada tahun 2013 nanti. Kita tunggu saja kejutan-kejutan di tahun 2013. Toh.. hidup terasa kurang seru jika tanpa kejutan. 
sumber : arc

China's military warns of confrontation over seas



 (reuters.com) - China's military warned the United States on Saturday that U.S.-Philippine military exercises have raised risks of armed confrontation over the disputed South China Sea, in the toughest high-level warning yet after weeks of tension.
China's official Liberation Army Daily warned that recent jostling with the Philippines over disputed seas where both countries have sent ships could boil over into outright conflict, and laid much of the blame at Washington's door.
American and Filipino troops launched two weeks of annual naval drills on April 16 amid the stand-off between Beijing and Manila, who have accused each other of encroaching on sovereign seas near the Scarborough Shoal, west of a former U.S. navy base at Subic Bay.
The joint exercises are held in different seas around the Philippines. The leg that takes place in the South China Sea area, which could be rich in oil and gas and is spanned by busy shipping lanes, starts on Monday.
"Anyone with clear eyes saw long ago that behind these drills is reflected a mentality that will lead the South China Sea issue down a fork in the road towards military confrontation and resolution through armed force," said the commentary in the Chinese paper, which is the chief mouthpiece of the People's Liberation Army.
"Through this kind of meddling and intervention, the United States will only stir up the entire South China Sea situation towards increasing chaos, and this will inevitably have a massive impact on regional peace and stability."
The Pentagon said this was a regular exercise "not tied to any current situation."
"The focus of this year's exercise is on disaster response and civic assistance," said Pentagon spokeswoman, Navy Commander Leslie Hull-Ryde.
Up to now, China has chided the Philippines over the dispute about the uninhabited shoal known in the Philippines as the Panatag Shoal and which China calls Huangyan, about 124 nautical miles off the main Philippine island of Luzon.
China has territorial disputes with the Philippines, Vietnam, Brunei, Malaysia and Taiwan across the South China Sea.
Major General Luo Yuan, a retired PLA researcher well-known for his hawkish views, amplified the warnings from Beijing issued through state media.
"China has already shown enough restraint and patience over this incident," Luo said of the friction with Manila, according to an interview published on Chinese state television's website (news.cntv.cn).
If the Philippines "takes irrational actions, then the current confrontation could intensify, and the Chinese navy will certainly not stand idly by," he added.
REGIONAL TENSIONS
Beijing has sought to resolve the disputes one-on-one with the countries involved but there is worry among its neighbours over what some see as growing Chinese assertiveness in staking claims over the seas and various islands, reefs and shoals.
In past patches of tension over disputed seas, hawkish Chinese military voices have also risen, only to be reined in later by the government. The same could be true this time.
Since late 2010, China has sought to cool tensions with the United States. Especially with the ruling Chinese Communist Party preoccupied with a leadership succession late in 2012, Beijing has stressed hopes for steady relations throughout this year.
Nonetheless, experts have said China remains wary of U.S. military intentions across the Asia-Pacific, especially after the Obama administration's vows to "pivot" to the region, reinvigorating diplomatic and security ties with allies.
The Liberation Army Daily commentary echoed that wariness.
"The United States' intention of trying to draw more countries into stirring up the situation in the South China Sea is being brandished to the full," said the newspaper. (Additional reporting by Phil Stewart in Washington; editing by Sanjeev Miglani and Mohammad Zargham)

Rudal Patriot NATO di Turki Awal Kerusuhan di Timur Tengah

Salim Harba, pengamat militer Suriah menilai penempatan sistem anti rudal Patriot oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di wilayah Turki menjadi titik awal bentrokan di kawasan Timur Tengah.
 
Saat diwawancarai FNA Senin (24/12), Salim Harba mengisyaratkan gerakan anti Suriah di Turki untuk melancarkan intervensi militer ke Damaskus. "Penempatan rudal-rudal Patriot di Turki seusai dengan program konspirasi NATO dan Amerika terhadap stabilitas keamanan regional serta upaya untuk merusak konstelasi kekuatan di Timur Tengah.
 
Harba menyebut tujuan dari penempatan rudal Patriot di Turki sebagai pengiriman pesan keamanan dan militer. "Konspirasi penempatan rudal Amerika di Asia terlah dirancang dengan baik oleh Washington dan Rezim Zionis Israel," tandas Harba.
 
Di kesempatan tersebut, Harba mengisyaratkan reaksi Suriah yang menempatkan kekuatan strategis dan menfokuskan persenjataannya dalam menghadapi pergerahan Barat yang berencana melakukan intervensi militer ke negara ini. "Pemerintah Damaskus dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya siap mempertahankan perasatuan nasional dan wilayahnya. Damaskus dengan kekuatan pertahanannya siap menggagalkan setiap rencana agresi musuh," kata Harba.
 
Turki dan NATO dengan dalih kemungkinan adanya ancaman dari Suriah sepakat menempatkan enam sistem anti rudal Patriot di wilayahnya yang berdekatan dengan Suriah. Sistem anti rudal Patriot tersebut akan disuplai oleh Amerika, Belanda dan Jerman. Di sisi lain, Republik Islam Iran, Rusia dan Cina menunjukkan reaksi negatif atas penempatan rudal-rudal Patriot Barat di Turki. (IRIB Indonesina/MF/SL)
sumber: irib
 

Pesawat siliman generasi ke-5 mulai melakukan uji coba pada bulan Maret

Russian 5th-generation fighter

Russia’s 5th Generation Fighter Jet to Start State Tests in March
MOSCOW REGION, 23 Desember (RIA Novosti) - Pesawat tempur sil;uman generasi kelima T-50, akan memulai penerbangan ujian negara dalam Maret 2013, Panglima Angkatan Udara Rusia, Letjen Viktor Bondarev mengatakan pada hari Minggu.  Saat ini tiga jet tempur melakukan penerbangan ujicoba di Zhukovsky Lapangan Udara luar Moskow, pesawat keempat adalah menjalani tes pabrik percobaan dan pesawat kelima dalam proses persetujuan pabrik,tuturnya.

Semua pesawat akan terbang ke Akhtubinsk di wilayah Astrakhan di Maret tahun depan mana 'mulai uji coba', katanya.  Akan ada total delapan pesawat terlibat dalam uji cobadi Akhtubinsk sepanjang 2013, tambahnya.

'Kami akan menyelesaikan mereka [uji coba] dalam 2-2,5 tahun dan di suatu tempat pada tahun 2016 2015-awal pesawat ini diharapkan untuk masuk ke produksi seri dan kita akan mulai memasukkan dalam satuan tempur kami dengan mereka,' kata komandan.  Perusahaan pesawat Sukhoi, pembuat T-50, mengumumkan minggu lalu bahwa prototipe keempat Rusia Sukhoi T-50 stealth fighter jet mengambil ke langit untuk pertama kalinya dalam 40 menit penerbangan di pabrik Komsomolsk-on-Amur di Siberia.

Proyek T-50, juga dikenal sebagai proyek PAK-FA, terbang pertama pada Januari 2010 dan dipublikasikan di Moskow Air Show di 2011.  T-50, yang akan menjadi kekuatan  armada tempur  masa depan Rusia, T-50 adalah pesawat tempur generasi kelima yang menampilkan teknologi siluman (stealth), super-manuver, kemampuan Foch (supersonik penerbangan tanpa menggunakan pembakar lanjut) dan avionik lanjutan yang termasuk X-band radar aktif array dihapus.  Departemen Pertahanan Rusia berencana untuk membeli satu batch pertama 10 pesawat evaluasi dan kemudian 60 standar produksi pesawat setelah 2015.


sumber:http://en.rian.ru/military_news

Konflik LCS, Penyebab ASEAN Memperbarui Kekuatan Alutsista

Konflik LCS
Jakarta (MIK/WDN) - Indonesia telah membeli kapal selam dari Korea Selatan dan sistem radar pertahanan pantai dari China dan AS. Selain itu Vietnam juga ikut membeli kapal selam dan pesawat tempur dari Rusia, sedangkan Singapura merupakan pengimpor kelima terbesar di dunia untuk mempercanggih armada barunya.
Kewaspadaan terhadap China dengan keberhasilan ekonomi, membuat negara-negara di Asia Tenggara berlomba untuk memperbarui alutsista untuk melindungi jalur pelayaran, pelabuhan dan batas teritorial yang merupakan jalur penting untuk arus ekspor dan enegi.
Sengketa batas teritorial di Laut Cina Selatan, disebabkan karena daerah tersebut kaya minyak dan gas yang telah mendorong Vietnam, Malaysia, Filipina dan Brunai untuk memperbarui alutsistanya untuk membendung angkatan laut China.
Bahkan negara yang tidak ikut sengketa, keamanan maritim telah menjadi fokus utama bagi Indonesia, Thailand, dan Singapura.
“Kemajuan ekonomi telah mendorong negara-negara tersebut mengeluarkan banyak anggaran pertahanan untuk melindungi kedaulatan mereka dari batas laut sampai ZEE,” kata James hardi, Editor HIS Jane Defense Weekly Asia Tenggara.
“Kecenderungan terbesar adalah dalam pengawasan kawasan pesisir, maritim dan patrol di perbatasan.”
Dari tahun 2002-2011 anggaran pertahanan Asia Tenggara jauh meningkat sampai 42%, data tersebut diambil dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). Pengadaan kapal perang, kapal patrol, sistem radar, pesawat tempur, kapal selam dan rudal anti kapal merupakan prioritas utama dalam menjaga akses jalur pelayaran.
“Kapal selam merupakan alutsista yang sangat penting,” kata Tim Huxley, direktur International Institute for Strategic Studies untuk Asia. “Karena kapal selam merupakan ancaman terbesar tanpa bisa terlihat, diantisipasi dan kapal selam tersebut dapat melakukan pengintaian di wilayah tersebut.”
Selama beberapa dekade, hanya sebagian kecil anggaran pertahanan ASEAN untuk mengadaan alutsista selain senjata dan tank kecil. Karena sebagian besar ancaman internal dan payung pelindungan AS dianggap cukup untuk menangkal setiap agresi potensial dari luar negeri.
Dengan kekuatan ekonomi yang kuat, China dengan mudah menyediakan banyak anggaran untuk memperkuat alutsista canggihnya. Dengan itu China dengan mudah menekan negara yang berbatasan langsung dengan mengerahkan armada laut dan udara.
“Malaysia saat ini memiliki dua kapal selam Scorpene, Vietnam membeli enam kapal selam kilo dari Rusia. Thailand juga berencana untuk membeli kapal selam dan pesawat tempur Gripen dari SAAB Swedia yang dilengkapi dengan RBS-15 F anti kapal selam” kata IISS.
Singapura juga melakukan pengadaan pesawat tempur F-15 SG dari Boeing, AS dan dua kapal selam Archer dari Swedia untuk melengkapi empat kapal selam Challenger serta kapal perang yang kuat dan memiliki AU yang mumpuni.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memilik 54.700 (34.000) dari garis pantai, saat ini hanya memiliki dua kapal selam dan sedang membangun kapal selam baru dari Korsel. Selain itu, Indonesia juga bekerjasama dengan perusahaan asal China untuk memproduksi rudal anti kapal C-705 dan C-802 serta Indonesia juga telah berhasil mengujicoba rudal Yakhont buatan Rusia pada tahun 2011.
Strategi Tanpa Kepastian
Meskipun pengadaan ini bukan merupakan perlombaan senjata, para pengamat mengatakan pengadaan alutsista tersebut didorong karena konflik di Laut Cina Selatan (LCS). Sebenarnya konflik LCS sudah lama terjadi antara negara-negara di kawasan tersebut yang membuat mereka ingin memodernisasi karena keadaan keuangan yang mendukung.
Perompakan, penangkapan ikan ilegal, penyelundupan, terorisme dan penanganan bencana yang membuat mereka untuk memodernisasi alutsistanya, selain itu negara-negara di kawasan tersebut juga melakukan kerjasama militer seperti yang dilakukan Thailand dan Indonesia.
Sangat jelas kita bisa lihat tidak ada kepastian strategi di kawasan ASEAN, karena munculnya China sebagai kekuatan baru dan adanya keraguan ASEAN tentang kemampuan AS untuk mempertahankan kehadiran militer di Asia, kata Ian Storey yang merupakan senior Institute of Southeast Asian Studies.
“Negara-negara di ASEAN tidak akan pernah bisa menyamai modernisasi alutsista China,”katanya. Apa yang dilakukan Vietnam hanya bisa mencegah. “Jika China tidak menyerang Vietnam setidaknya Vietnam dapat menimbulkan beberapa kerusakan serius.”
SIPRI juga mengatakan Indonesia, Vietnam, Kamboja dan Tailand memimpin dalam peningkatan anggaran pertahanan di kawasan ASEAN hingga mencapai 66-83% dari 2002 sampai 2011.
Tetapi pengimpor alutsista terbaik masih dipegang Singapura, sebuah negara kecil yang merupakan pusat dari pelayaran tersibuk di dunia, pusat keuangan global, pusat pengolahan minyak, gas dan petrokimia.
Malaysia dan Indonesia juga memiliki peran penting di Selat Malaka yang menghubungkan samudra Pasifik dan Hindia yang merupakan jalur terpadat yang menjadikan selat itu sebagai “choke point” yang memiliki strategi yang cukup besar dalam arus energi, bahan baku, dan barang yang mengalir dari timur ke barat.
“Dengan anggaran sebesar USD 9,66 miliar pada 2011, Singapura menduduki peringkat puncak dari Thailand USD 5.52 miliar, Indonesia USD 5.42 miliar, Malaysia USD 4.54 miliar dan Vietnam USD 2.66 miliar,” kata IISS.
Situasi ini jauh lebih pelik daripada Asia Utara di mana China, Jepang, AS, Rusia, dan Duo Korea. Tapi ASEAN tampaknya mengikuti tren untuk mengejar ketertinggalan alutsista mereka.
“Hal ini merupakan proses yang masih terbatas,” kata Huxley di IISS. “Negara-negara di ASEAN saat ini untuk menjaga sumber daya alam dengan meningkatkan modernisasi alutsista serta militer”.
Dalam data resmi mengenai jumlah dan tujuan dalam pengadaan masih terlihat samar-samar, yaitu seberapa banyak mereka pengadaan seragam, peluru, gaji dan berapa banyak mereka membeli alutsista canggih yang dapat memproyeksikan kekuatannya?
Angka-angka dalam anggaran pertahanan juga tidak mungkin di buka semuanya, karena rahasia negara. Negara-negara seperti Vietnam dan Indonesia telah menggunakan pengaturan pinjaman kredit atau penjualan SDA di masa lalu untuk mendanai pengadaan senjata yang tidak muncul dalam anggaran pertahanan, kata seorang pengamat.
“Vietnam sendiri telah menutup akses informasi anggaran pertahanan dalam melaporkan anggaran pertahanan. Hal ini menginggalkan celah yang patut dicurigai antara pengadaan yang dianggarkan.” Kata Samuel Perlo-Freeman, direktur SIPRI Military Expenditure and Arms Production Programme.
Pembelian dan Memproduksi Sendiri
Saat ini negara-negara Barat sedang memangkas anggaran pertahanannya, yang membuat Asia sebagai pasar yang menarik bagi produsen senjata, alat komunikasi dan sistem pengawasan. Divisi pertahanan Lockheed Martin dan Boeing mengharapkan kawasan Asia Pasifik bisa mengkontribusi sekitar 40% dari pendapatkan secara global.
“Batas maritim di Pasifik menjadi perhatian semua orang,” kata Jeff Kohler, wapres bidang pertahanan Boeing, pada saat Singapore Airshow pada bulan februari lalu. “ Vietnam saat ini hampir 97% anggaran alutsista untuk membeli alutsista utama, termasuk kapal perang, pesawat tempur dan sistem pertahanan pantai rudal Bastion dari Rusia pada 2007-2011 tetapi Vietnam telah memverifikasi dengan Belanda dan AS” kata SIPRI.
Sedangkan Filipina sangat tergantung dengan AS yang hampir 90% dalam pengadaan alutsista, Filipina juga telah menganggarkan USD 1,8 miliar untuk mengupgrade alutsistanya selama lima tahun karena melihat ancaman yang terus meningkat dari China selama konflik LCS.
Seperti yang dilihat kekuatan AL dan AU Filipina sangat kurang, kata pengamat Sam Bateman.
Filipina harus fokus dalam pengawasan udara, katan Bateman yang merupakan peneliti utama dari Australian National Centre for Ocean Resources and Security. Kapal perang anti kapal selam merupakan alutsista prioritas, kata staff departemen pertahanan Filipina kepada Reuters.
Thailand merupakan negara yang telah mengalami 18 kudeta militer sejak tahun 1932, saat ini mereka telah membangun kapal patroli yang telah dirancang oleh BAE System Inggris. Thailand juga berencana membuat satu kapal perang frigate dalam waktu lima tahun, dari dua kapal perang baru.
“Pengadaan kapal perang ini, bukan karena untuk mengganti kapal selam, tetapi menjaga kedaulatan wilayah Thailand,” kata Jubir kemhan Thanathip Sawangsaeng kepada Reuters. Singapura sebagian membeli alutisistanya dari AS, Prancis, dan Jerman, tetapi mereka juga memiliki industri pertahanan sendiri yaitu ST Engineering. ST Engineering merupakan badan usaha milik Singapura yang memasok angkatan bersenjata Singapura dan memiliki banyak pelanggan dari luar negeri.
Saat ini negara-negara di ASEAN sedang gencar-gencarnya membangun industri pertahanan dalam negeri, kata Storey.
“Hal ini disebabkan harga senjata buatan dalam negeri lebih murah daripada buatan luar negeri, dan dalam jangka panjang produk tersebut bisa di ekspor, hal ini berlaku di Indonesia karena memiliki pengalaman di embargo seperti negara Amerika Serikat.”
Sumber : Reuters/MIK

Perbandingan Kekuatan Militer Korea Selatan Versus Korea Utara




Situasi di Semanjung Korea nampaknya semakin mencemaskan Amerika Serikat dan sekutunya Korea Selatan. Akankah Amerika dan Cina terlibat kembali dalam konflik bersenjata sebagaimana terjadi pada era 1950-1953? Ketika itu, Korea Utara dengan bantuan sepenuhnya dari Cina, mencoba menggempur pertahanan Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat.
Namun ketika itu, dengan dukungan militer Amerika, Korea Selatan berhasil memukul mundur Korea Utara ke Sungai Jalu, sehingga Cina tidak bisa lain menerima kondisi statusquo yang terjadi.Padahal waktu itu, Panglima Perang Amerika di Asia Pasifik Jenderal McArthur sebenarnya bernafsu untuk menghabisi Cina sampai ke negaranya sendiri. Hanya saja, Presiden Harry Truman menolak gagasan gila-gilaan McArthur karena bisa memicu perang dunia ketiga.

Meski demikian, gencatan senjata Korea Selatan dan Korea Utara tersebut bukan berarti tercapainya perdamaian kedua korea. Sewaktu-waktu, dengan dipicu oleh isu yang cukup sensitif,kedua korea tersebut setiap saat bisa kembali ke medan perang untuk saling menghancurkan.

Inilah yang terjadi ketika Korea Utara secara sepihak melakukan uji coba senjumlah senjata rudalnya. Bahkan bukan itu saja, Korea Utara juga menguji coba bom nuklirnya, sehingga memicu kecaman Dewan Keamanan Nasional.

Korea Utara sepertinya cukup kesal dengan bergabungnya militer Korea Selatan dalam prakarsa keamanan proliferasi atau Proliferation Security Initiative (PSI) yang disponsori Amerika Serikat. Melalui payung PSI ini, Korea Selatan berhak mencegat kapal-kapal Korea Utara yang diduga membawa bahan-bahan persenjataan nuklir dan rudal.

Menurut dalih Korea Selatan, kebijakan PSI ini terpaksa ditempuh karena militer Korea Utara menolak untuk menghentikan pengembangan teknologi nuklir dan rudalnya.

Eskalasi konflik bersenjata di Semenanjung Korea ini tentu saja mencemaskan Amerika, khususnya Menteri Pertahanan Robert Gates. Karena ketika kedua Korea saling baku tembak di medan perang, berarti Amerika dan Cina akan kembali ikut campur dalam perang kedua Korea tersebut.

Dalam skenario terselubung Amerika untuk mengadu-domba Cina dan Rusia sebagai musuh besar Negara Paman Sam tersebut, ketidakstabilan di Semanjang Korea jelas bisa merusak agenda besar Amerika untuk menata-ulang hegemoninya di seluruh dunia di era pasca Presiden George W. Bush.

Karena itu berarti, Amerika akan terkuras energinya dalam pertarungan terbuka Korea Selatan dan Korea Utara, sehingga gagal menjalankan agenda strategisnya yang lebih besar.

Padahal, dalan skenario Obama yang dirancang oleh Zbigniew Brzezinski, Amerika secara bertahapa harus menggalang kembali kerjasama dengan Cina untuk membendung pengaruh Rusia. Dengan terjadinya konflik di Semenanjung Korea, yang terjadi justru kembali menguatnya kemungkinan konflik bersenjata Amerika versus Cina.

Berikut kami paparkan kekuatan riil militer kedua Korea berdasarkan data dari The Military Balance 2009.

Seberapa Kuat Angkatan Bersenjata Korea Utara?
Lumayan hebat juga untuk ukuran negara sedang berkembang. Korea Utara memiliki tentara aktif sebesar 1.106.000(satu juta seratus enam ribu) orang. Tentara cadangan sekitar 4700.000(empat juta tujuhratus ribu) orang.

Lalu bagaimana dengan kekuatan riil angkatan daratnya? Menurut informasi yang bisa dipercaya, Korea Utara memiliki 3500(tiga ribu limaratus) tank. Senjata lain sekitar 3060(tiga ribu enampuluh ribu), artileri sejumlah 17.900(tujuhbelas ribu sembilan ratus), dan Helikopter sampai sejauh ini tidak ada catatan yang cukup akurat berapa persisnya. Namun diperkirakan berkisar antara 500 sampai 800.

Angkatan Laut, Korea Utara memiliki kapal selam 63, frigat 3, dan kapal Amphibi sejumlah 261.

Angkatan Udara Korea Utara pun ternyata cukup luarbiasa, dan wajar jika Amerika cukup cemas dibuatnya. Korea Utara memiliki pesawat pembom sekitar 80 buah. Jet tempur 440, pesawat transportasi 215.Dan Helikopter sebanyak 302.

Seberapa Kuat Angkatan Bersenjata Korea Selatan?
Untuk tentara aktif, Korea Selatan punya tentara aktif sebesar 687.000(enamratus delapanpuluh ribu) orang, jadi ebih sedikit dibanding Korea Utara. Tentara cadangan Korea Selatan sebesar 4500.000(empat juta limaratus ribu) orang.

Angkatan Daratnya, Korea Selatan punya 2330 tank, senjata lain sejumlah 4520, artileri sebesar 10.774, dan helikopter 418.

Kekuatan Angkatan lautnya, Korea Selatan punya kapal selam 12. Jauh lebih kecil dibanding Korea Utara. Frigat 9, lebih besar dari Korea Utara. Dan kapal Amphibi 48. Ini sebenarnya cukup mengejutkan, karena Korea Selatan jauh ketinggalan dibanding Korea Utara yang berhaluan komunis itu.

Bagaimana dengan angkatan udara? Korea Selatan jumlah jet tempurnya cukup berimbang dengan korea Utara yaitu 468. Pesawat transportasi sejumlah 33. Yang ini Korea sangat ketinggalan jauh dibanding Korea Utara. Begitu juga helikopter, Korea Selatan hanya punya 159.

Penduduk Korea Selatan berjumlah 46,5 juta, Korea Utara berjumlah 22,7 juta.
sumber: theglobal-review.com